Disusun oleh Abu Haniff
Atau seperti hujan lebat dari langit yang di dalamnya terdapat kegelapan-kegelapan, dan guruh, dan kilat. Mereka meletak jari-jari mereka ke dalam telinga mereka disebabkan bunyi petir yang kuat itu, takut mati, padahal Allah Maha Meliputi orang-orang kafir itu. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali ia menerangi bagi mereka, mereka berjalan di dalamnya. Dan apabila menjadi gelap ke atas mereka, mereka berhenti berdiri. Dan kalau Allah menghendaki, pastinya Dia telah menghapus pendengaran mereka dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah ke atas tiap-tiap sesuatu itu Maha Berkuasa.
Atau (satu perumpamaan lagi mengenai golongan orang-orang munafik yang kedua, yang terumbang-ambing di dalam kemunafikan mereka, yang perumpamaan bagi mereka ialah) seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit (dari awan. Hujan itu menghidupkan tanah, tanaman dan binatang, maka begitulah petunjuk dan ilmu yang Rasulullah s.a.w. telah diutuskan oleh Allah untuk menyampaikannya adalah sebagai belas kasihan kepada hamba-hambaNya yang dapat menghidupkan hati manusia.
Di dalam sebuah hadis,1 Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,
“Sesungguhnya perumpamaan apa yang Allah telah mengutuskan aku dengannya yang terdiri dari petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang menimpa bumi. Maka adalah sebahagian dari bumi itu terdapat sekelompok yang baik yang menerima air hujan itu. Lalu ia menyebabkan tumbuh tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput dengan banyaknya.
Dan adalah sebahagian dari bumi itu terdapat tanah gersang yang dapat menampung air. Maka Allah memberi manfaat dengannya kepada manusia, lalu mereka meminum darinya, dan mereka memberi minum kepada binatang ternak, dan mereka bercucuk tanam dengan banyaknya. Dan adalah sebahagian dari tanah itu yang lainnya, hanya sanya ianya gersang tidak dapat menampung air dan tidak dapat menyebabkan tumbuh tumbuh-tumbuhan.
Maka yang demikian itu adalah perumpamaan orang yang memahami tentang agama Allah, dan yang memberi manfaat kepadanya dengan apa yang Allah telah mengutuskan aku dengannya, lalu ia menjadi berilmu dan ia mengajarkannya kepada orang lain. Dan juga perumpamaan orang yang tidaklah mempedulikan petunjuk dan ilmu itu, dan tidaklah ia mahu menerima petunjuk Allah yang aku diutuskan dengannya”.
Dan) yang di dalamnya (awan itu) terdapat kegelapan-kegelapan (sebagaimana juga terdapat keraguan, kekufuran, dan kemunafikan yang terdapat di dalam diri orang-orang kafir dan orang-orang munafik terhadap Al-Quran), dan (terdapat juga) guruh (yang lazim datang bersama hujan bagi menyempurnakan manfaat hujan itu.
Itulah perumpamaan bagi peringatan, ancaman-ancaman dan azab, yang dapat mengetuk telinga dan meresahkan hati manusia, yang disampaikan Allah kepada orang yang menyalahi perintahNya dan mendustakan Rasulullah s.a.w..
Di dalam perintah Allah itu, terdapat perintah-perintah yang berat bagi jiwa kerana harus menentang keinginan jiwa, atau keluar berjihad fi sabilillah menentang musuh. Juga terdapat segala halangan yang akan ditempuhi, bahaya yang mengancam, dan kesusahan-kesusahan yang nyata yang diancamkan oleh musuh-musuh Islam.
Maka sentiasalah perasaan takut dan ngeri mencekam hati orang-orang munafik terhadap peringatan, ancaman-ancaman dan azab yang terdapat di dalam perintah Allah itu, sebagaimana yang Allah firmankan di dalam ayat Al-Munafiqun 63:4,yang bermaksud, “Mereka mengira setiap pekikan yang kuat adalah untuk mereka. Mereka adalah musuh”.
Dan sebagaimana firman Allah di dalam ayat At-Taubat 9:56-57,yang bermaksud, “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sesungguhnya mereka benar-benar dari kalangan kamu, padahal bukanlah mereka dari kalangan kamu, tetapi mereka ialah suatu kaum yang menjadi takut. Kalau mereka menjumpai suatu tempat perlindungan, atau gua-gua, atau suatu tempat untuk berundur, pastinya mereka berpusing kepadanya, dan mereka meluru” ), dan (di dalam awan itu terdapat juga) kilat (yang menerangi dalam tempoh yang singkat dan sekali-sekali, sebagaimana cahaya iman yang sekali-sekali di dalam tempoh yang singkat datang berkilat di dalam hati orang-orang munafik itu.
Yang demikian itu kerana di dalam Al-Quran terdapat dalil-dalil yang pasti dan bukti-bukti yang jelas. Sesungguhnya Al-Quran itu adalah cahaya yang dapat menghilangkan gelapnya kebodohan, keraguan dan kemusyrikan, sebagaimana cahaya yang nyata dapat menerangi kegelapan malam.
Allah menjelaskan yang demikian itu di dalam ayat An-Nisa’ 4:174,yang bermaksud, “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu bukti dari Tuhan kamu. Dan telah Kami turunkan kepada kamu nur yang terang”.
Dan di dalam ayat Asy-Syura 42:52,yang bermaksud, “Tetapi Kami telah menjadikannya sebagai cahaya yang Kami memberi petunjuk dengannya barang siapa yang Kami kehendaki dari kalangan hamba-hamba Kami”.
Dan di dalam ayat Al-A'raf 7:157,yang bermaksud, “Dan mereka mengikuti nur yang diturunkan bersamanya”.
Mereka meletak jari-jari mereka ke dalam telinga mereka disebabkan bunyi petir yang kuat itu, (supaya tidaklah kedengaran bunyi petir itu, kerana mereka) takut mati (apabila mendengarnya. Yakni mereka takut akan terpengaruh kepada keimanan yang akan menyebabkan mereka meninggalkan agama mereka, yang pada mereka sama seperti kematian.
Demikianlah mereka itu, mereka ragu terhadap ajaran Islam sehingga mereka mengira ajaran Islam itu berbahaya terhadap diri mereka, dan mereka mengira jika mereka menurut petunjuk Allah, maka mereka akan binasa dan mati, jadi mereka cuba menyelamatkan diri mereka dengan tidak mengendah petunjuk Allah.
Kerana kebodohan mereka, orang-orang munafik itu tidak tahu bahawa kegelapan, guruh dan kilat adalah merupakan kelaziman dari hujan. Mereka yang terbatas pandangannya dan lemah akalnya tidak dapat mengerti apakah makna yang terkandung di dalam kegelapan, guruh dan kilat itu.
Pandangan mereka hanya tertuju kepada masalah-masalah yang tidak disenangi mereka dan yang zahir. Mereka tidak dapat melihat kepada kesenangan dan manfaat di sebalik semuanya itu. Di dalam jihad mereka hanya melihat kepada keletihan, kepayahan, kematian dan luka.
Begitu juga di dalam ibadah haji, mereka hanya melihat kepada kesulitan di dalam perjalanan, perpisahan dengan keluarga, dan perkara-perkara yang disukai yang terpaksa ditinggalkan.
Demikianlah keadaan kebanyakan manusia yang lemah pandangan dan imannya. Mereka hanya melihat kepada ancaman dan peringatan di dalam Al-Quran, larangan dan herdikan, perintah-perintah yang berat yang mencegah mereka dari perkara-perkara yang disukai mereka.
Demikianlah keadaan kebanyakan manusia yang lemah pandangan dan imannya. Mereka hanya melihat kepada ancaman dan peringatan di dalam Al-Quran, larangan dan herdikan, perintah-perintah yang berat yang mencegah mereka dari perkara-perkara yang disukai mereka.
Maka tidak hairan jika ketakutan menghantui mereka. Mereka tidak dapat melihat melainkan kilat yang seakan-akan menyambar pandangan mereka, dan mereka menutup telinga mereka dengan jari-jari mereka supaya tidak kedengaran suara guruh yang kuat itu.
Tetapi bagi orang yang sudah biasa dengan hujan, serta mengetahui kebaikan, kehidupan dan manfaat di sebalik hujan, mereka mengetahui sesungguhnya hujan itu pastinya disertai guruh, kilat dan kegelapan. Mereka sesungguhnya mengetahui pada tempat yang terkena hujan, maka akan lahirlah kehidupan.
Dengan itu mereka tidak merasa takut meskipun berada di dalam kegelapan yang disertai guruh dan kilat. Bahkan mereka merasa senang dan tenang di dalam keadaan sedemikian, kerana mereka mengharapkan kehidupan dan kesuburan selepas itu.
Oleh itu, bahagian untuk orang-orang munafik dari hujan itu hanyalah guruhnya dan kilatnya sahaja. Mereka tidak mengetahui apa di sebalik hujan itu, sehingga mereka takut terhadap sesuatu yang kepada orang-orang muslim dapat memberi manfaat.
Mereka digementarkan oleh sesuatu yang membuat orang-orang yang berilmu merasa tenang. Mereka ragu-ragu terhadap sesuatu yang membuat orang-orang yang memiliki makrifat merasa yakin.
Oleh itu mereka tidak mendapat apa-apa faedah dari hujan lebat itu, dan tidaklah berguna sikap waspada mereka meletak jari-jari mereka ke dalam telinga mereka), padahal Allah Maha Meliputi orang-orang kafir itu (di bawah kehendak dan kekuasaanNya, sebagaimana yang Allah firmankan di dalam ayat Al-Buruj 85:17-20,yang bermaksud, “Apakah kisah tuan-tuan rumah telah datang kepadamu. Firaun dan Thamud. Bahkan orang-orang yang kufur terikat kepada mengatakan kedustaan, padahal Allah di belakang mereka Maha Meliputi”.
Maka tidaklah mungkin mereka boleh terlepas dari kehancuran yang Allah akan timpakan ke atas mereka). Hampir-hampir kilat itu (yang sangat kuat dan terang cahayanya) menyambar penglihatan mereka (orang-orang munafik dari golongan orang-orang munafik yang kedua ini, yang terumbang-ambing di dalam kemunafikan, yang sangat lemah penglihatannya.
Maka sedemikianlah Al-Quran yang cukup terang dan nyata cahaya kebenarannya hampir-hampir membutakan penglihatan orang-orang munafik yang tidak tetap keimanan mereka.
yang bermaksud, “Apakah maka orang yang mengetahui bahawasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu adalah perkara yang hak, seperti orang yang ianya buta”.
Dan di dalam ayat Fatir 35:19,yang bermaksud, “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat” ).
Setiap kali ia (kilat atau Al-Quran) menerangi bagi mereka, (iaitu apabila mereka mengakui perkara yang hak serta berbicara tentangnya, dan sekilas iman muncul di hati mereka), mereka berjalan di dalamnya (mengikuti yang hak, dan keadaan itu dapat diperhatikan dari percakapan mereka ketika itu, di mana mereka berbicara dengan benar di dalam jalan yang lurus).
Dan apabila menjadi gelap ke atas mereka, (iaitu apabila keraguan melanda mereka dan mereka berbalik dari iman menjadi kafir), mereka berhenti berdiri (menunggu dengan bingung tidak tahu ke mana harus mereka pergi, dan bagaimana harus mereka berbuat, sebab keimanan mereka kepada Allah dan Rasulullah s.a.w. yang tidak tetap.
Atau apabila ajaran-ajaran Islam sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan mereka, seperti bolehnya orang-orang munafik menikahi wanita-wanita dari kaum muslimin, mendapat harta warisan dari orang-orang muslim, memperoleh bahagian dari harta rampasan perang, maka mereka akan mengamalkannya.
Tetapi apabila ajaran-ajaran Al-Quran tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka seperti ajaran yang mewajibkan mereka mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk berjihad di jalan Allah, maka mereka akan diam dan berpaling.
Demikianlah seperti firman Allah di dalam ayat An-Nur 24:48-49,yang bermaksud, “Dan apabila mereka di panggil kepada Allah dan RasulNya supaya dia menghakimi di antara mereka, pada masa itu sesetengah daripada mereka adalah orang-orang yang enggan. Dan jika adalah bagi mereka itu kebenaran, mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang submisif”.
Atau apabila Allah memberi nikmat kepada mereka seumpama harta dan kesihatan, maka mereka merasa senang lalu berkata, “Agama Islam adalah agama yang benar, kerana selama kami memeluknya, tidak ada sesuatu yang menimpa kami melainkan kebaikan”, tetapi apabila mereka ditimpa penyakit atau kemiskinan, maka mereka berkata, “Musibah yang menimpa kami ini tidak lain kerana sial agama Islam”, lalu mereka kembali kepada kekufuran.
Di dalam ayat Al-Haj 22:11, Allah berfirman,yang bermaksud, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di atas tepi. Maka jika kebaikan menimpanya, ia menjadi puas dengannya, dan jika ujian menimpanya, ia menjadi berpusing ke belakang di atas wajahnya. Ia mengalami kerugian di dunia dan akhirat. Yang demikian itu, ianya adalah kerugian yang nyata”.
Dan perumpamaan cahaya yang membutakan mata dapat diumpamakan dengan mata seekor kelelawar yang menjadi buta apabila terkena cahaya siang yang terang, walhal cahaya itu menambah jelas penglihatan manusia.
Demikianlah di akhirat kelak, manusia akan diberi nur sesuai dengan kadar keimanan dan amalan-amalan masing-masing. Ada yang diberi nur yang dapat menerangi jarak sehingga berbatu-batu. Ada yang diberi lebih dari itu, dan ada yang kurang dari itu. Ada juga yang nur mereka kadangkala padam dan kadangkala bercahaya.
Yang terakhir ini ialah orang-orang munafik dari golongan yang kedua seperti yang dibuat perumpamaan di dalam ayat 17 di atas,yang bermaksud, “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Maka setelah ia menerangi apa yang disekelilingnya, Allah membawa pergi cahaya mereka, dan meninggalkan mereka dalam kegelapan-kegelapan. Tidaklah mereka dapat melihat”.
Maka mereka ini akan berjalan di atas sirat ketika nur mereka bercahaya, dan akan berhenti apabila nur mereka padam. Dan ada juga yang tidak mempunyai nur sama sekali. Mereka ini adalah orang-orang munafik dari golongan yang pertama seperti yang dibuat perumpamaan di dalam ayat 19 di atas,yang bermaksud, “Atau seperti hujan lebat dari langit yang di dalamnya terdapat kegelapan-kegelapan, dan guruh, dan kilat. Mereka meletak jari-jari mereka ke dalam telinga mereka disebabkan bunyi petir yang kuat itu, takut mati, padahal Allah Maha Meliputi orang-orang kafir itu”.
Dan seperti yang diberitakan oleh Allah di dalam ayat Al-Hadid 57:13,yang bermaksud, “Pada hari itu orang-orang munafik lelaki dan orang-orang munafik perempuan akan berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami untuk kami mengambil cahaya dari nur kamu’. Akan dikatakan kepada mereka, ‘Kembalilah ke belakang kamu, kemudian kamu carilah nur’ ”.
Demikianlah maka orang-orang munafik itu terbahagi kepada dua golongan. Golongan pertama ialah orang-orang munafik tulen. Mereka dibuat perumpamaan di dalam ayat 17 di atas sebagai orang yang menyalakan api.
Dan golongan yang kedua ialah mereka dibuat perumpamaan di dalam ayat 19 di atas sebagai orang-orang yang ditimpa hujan. Mereka mempunyai sebahagian dari ciri-ciri kemunafikan di dalam diri mereka sebagaimana yang Rasulullah s.a.w. pernah sabdakan di dalam sebuah hadis,2
“Tiga ciri yang barang siapa ada padanya ketiga-tiga ciri itu, adalah ia munafik tulen. Dan barang siapa yang ada padanya salah satu dari tiga ciri itu, adalah pada dirinya satu kualiti kemunafikan, sehinggalah ia meninggalkannya. Iaitu orang yang apabila ia bercakap, ia berdusta, dan apabila ia berjanji, ia mungkir, dan apabila ia diamanahkan, ia mengkhianati”.
Dari hadis ini para ulama menyimpulkan bahawa di dalam diri seseorang itu adakalanya mungkin boleh terdapat sebahagian keimanan dan sebahagian kemunafikan, sama ada di dalam bentuk perbuatan seperti yang disebut di dalam hadis ini, atau di dalam bentuk keyakinan seperti yang disebut di dalam ayat 20 ini.
Di dalam sebuah hadis yang lain,3 Rasulullah s.a.w. telah bersabda,
Di dalam sebuah hadis yang lain,3 Rasulullah s.a.w. telah bersabda,
“Hati itu ada 4 jenisnya, iaitu hati yang dalamnya jernih, seumpama pelita yang bersinar-sinar, dan hati yang terbungkus dengan pengikat diikat pada pembungkusnya, dan hati yang terbalik, dan hati yang berlapis.
Maka hati yang jernih itu ialah hati orang mukmin, dan pelitanya yang di dalamnya ialah nurnya. Dan adapun hati yang terbungkus ialah hati orang kafir. Dan adapun hati yang terbalik ialah hati orang munafik tulen, ia telah mengetahui kemudian ia ingkar. Dan adapun hati yang berlapis ialah hati yang di dalamnya terdapat iman dan kemunafikan.
Perumpamaan iman di dalam hati ialah seperti herba yang disuburkan dengan air yang baik. Dan perumpamaan kemunafikan di dalam hati ialah seperti luka yang bertahan dengan nanah dan darah. Maka yang mana di antara dua perkara itu yang mengatasi yang satu lagi, ialah yang menakluk hati”).
Dan kalau Allah kehendaki, pastinya Dia telah menghapus pendengaran mereka dan penglihatan mereka (yang terdiri dari orang-orang munafik dari golongan yang kedua ini, seperti yang Allah lakukan kepada golongan orang-orang munafik dari golongan yang pertama).
Sesungguhnya Allah ke atas tiap-tiap sesuatu itu Maha Berkuasa, (di mana setiap apa yang Allah kehendaki pasti akan berlaku, kerana tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit ini yang dapat mengalahkanNya. Tentang nur orang-orang mukmin pula, Allah berfirman di dalam ayat Al-Hadid 57:12,yang bermaksud, “Pada hari itu kamu akan melihat orang-orang mukmin yang lelaki dan orang-orang mukmin yang perempuan, nur mereka berlari di antara tangan mereka dan di sebelah kanan mereka. ‘Khabar gembira untuk kamu, pada hari ini ialah syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai’ ”.
Dan juga firman Allah di dalam ayat At-Tahrim 66:8,yang bermaksud, “Pada hari itu tidaklah Allah memalukan nabi dan orang-orang yang beriman yang bersama-sama dengannya. Nur mereka berlari di antara tangan-tangan mereka dan di tangan kanan mereka. Mereka berkata, ‘Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami nur kami, dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau ke atas setiap sesuatu Maha Berkuasa’ ”.
Dan di dalam sebuah hadis,4 diriwayatkan berhubung dengan ayat Al-Hadid 57:12,yang bermaksud,
“Pada hari itu kamu akan melihat orang-orang mukmin yang lelaki dan orang-orang mukmin yang perempuan…hingga akhir ayat”,
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,
“Di antara orang-orang mukmin ada orang-orang yang nurnya menyinari dari Madinah hingga ‘Adn yang lebih jauh dari San’a, dan ada yang kurang dari itu, hingga sesungguhnya di antara orang-orang mukmin ada orang-orang yang nurnya tidak menyinari melainkan di tempat kedua tapak kakinya sahaja”.
Dan orang-orang mukmin, mereka juga terbahagi kepada dua golongan, sebagaimana yang Allah bahagikan di dalam awal surah Al-Waqi'ah dan di dalam surah Al-Insan. Golongan pertama ialah As-Sabiqun, atau orang-orang yang mendahului. Mereka adalah Al-Muqaribun, atau orang-orang yang dekat dengan Allah. Dan golongan yang kedua ialah As-habul yamin, iaitu orang-orang yang takutkan Allah).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan